Kamis, 15 Juni 2017

Tentang Deforestasi dan HCS Approach Toolkit Versi 2.0

Baru-baru ini saya membaca sebuah berita di media sosial. Tentang dua orang utan yang sebelumnya harus menjalani masa rehabilitiasi untuk mengembalikan sifat alami mereka. Memang, sebelum menjalani masa rehabilitasi, kedua orang utan ini sempat menjadi hewan peliharaan. Kondisi keduanya berbeda saat diserahkan ke tempat pusat penyelamatan, ada yang cukup memprihatinkan, sedang satu lagi terpelihara cukup baik sampai diberi makan nasi, sayur, dan buah.

Hanya saja, sebaik apa pun kita memelihara orang utan, hewan tersebut tetaplah satwa liar yang mana Pemerintah telah melarang kita untuk memelihara satwa-satwa yang dilindungi.

Beberapa tahun menjalani masa rehabilitasi, kedua orang utan itu diajarkan berbagai kemampuan dasar untuk bertahan hidup, seperti memanjat, mencari makan, dan membuat sarang. Mereka dilatih sampai akhirnya mereka siap untuk dilepaskan. Karena apabila tidak ada kemajuan dalam latihan tersebut, atau dikarenakan orang utan sudah telanjur mendapat perlakuan yang salah sebelum masuk ke pusat rehabilitasi, bisa-bisa mereka kehilangan kemampuan bertahan hidup mereka secara permanen. Kalau sudah begitu, dapat dipastikan mereka tidak akan pernah bisa dilepasliarkan ke alam bebas. 

Orang utan dilepasliarkan di hutan
Sumber: Kompas.com
Saya pikir, kedua orang utan itu cukup beruntung. Karena mereka mampu beradaptasi dengan baik dan berhasil dilepasliarkan. Mereka juga mendapatkan rumah baru yang aman, yaitu Taman Nasional Bukit Baka Raya (TNBBR), Kalimantan Barat. Pihak rehabilitasi berpikir, TNBBR memiliki status sebagai Taman Nasional yang artinya dapat menjamin keselamatan satwa-satwa yang ada di dalamnya.

Masih dalam berita tersebut, pihak rehabilitasi juga mengatakan bahwa mereka memang semakin kesulitan menemukan hutan yang aman untuk melakukan pelepasliaran. Sudah menjadi rahasia umum, hutan-hutan di Indonesia banyak yang terdeforestasi. Hal ini, mau tidak mau membuat satwa-satwa yang tinggal didalamnya “bermigrasi” ke tempat lain. Bahkan banyak pula satwa-satwa yang tidak dapat bertahan hidup karena kehilangan tempat tinggal mereka. 

APA ITU DEFORESTASI?
Kita bisa memahaminya sebagai suatu penghilangan lahan hutan untuk dijadikan Areal Bukan Hutan. Bisa disebabkan oleh penebangan liar, bencana alam, kebakaran hutan baik yang terjadi secara alami ataupun disengaja, termasuk pembukaan hutan untuk dijadikan perkebunan.
Deforestasi
Sumber: Twitter HCSA @Highcarbonstock
Deforestasi ini tentu saja berpotensi merusak ekosistem hutan dan berita yang saya ceritakan sebelumnya, hanyalah salah satu contoh peristiwa yang diakibatkan oleh deforestasi. Jika dijabarkan, sebenarnya masih banyak dampak lain dari istilah ini. Seperti terjadinya perubahan iklim, terganggunya siklus air, terjadinya banjir dan erosi tanah, kekeringan, abrasi pantai, dan lain-lain.

Mungkin di antara kita akan bertanya-tanya, di mana peran pemerintah dalam permasalahan yang sudah mengglobal ini? Apakah tanah-tanah hujau yang duluanya sangat luas benar-benar harus gundul?

Tapi tentu saja kita tidak bisa terus menerus menyalahkan pemerintah. Sebab, pemerintah juga sudah berupaya untuk bisa mempertahankan areal hutan. Pemerintah pun kerap melakukan hubungan dan kerja sama dengan pihak-pihak yang memiliki visi-misi serupa.

TEROBOSAN HSC APPROACH TOOLKIT VERSI 2.0
Ada sebuah metodologi yang baru saja diluncurkan. Metodologi yang menurut saya bisa menjadi inovasi untuk menanggulangi deforestasi. Namanya High Carbon Stock (HCS) Approach Toolkit versi 2.0, yang diluncurkan di Bali pada 3 Mei 2017. Bisa lihat di sini http://highcarbonstock.org/the-hcs-approach-toolkit/. Metodologi ini merupakan pengembangan dari HCS Approach Toolkit yang sebelumnya diluncurkan pada April 2015.

Co-Chair Grant Rosoman dalam peluncuran HCSA Toolkit versi 2.0
Sumber: http://www.didikjatmiko.com
Untuk diketahui, HCSA merupakan sebuah terobosan bagi berbagai perusahaan, masyarakat, institusi dan praktisi teknis yang memiliki komitmen bersama untuk melindungi hutan alam sekunder yang tengah mengalami regenerasi, yang menyediakan cadangan karbon penting, habitat bagi keanekaragaman hayati dan mata pencaharian bagi masyarakat lokal.

Versi pertama mendapat evaluasi dari percobaan lapangan, serta topik-topik baru, dan masukan-masukan dari berbagai kelompok kerja HCS Approach Steering Group, sebuah organisasi keanggotaan yang terdiri dari berbagai pemangku kepentingan. Toolkit yang sebelumnya telah disempurnakan berdasarkan hasil dari 'Kesepakatan Konvergensi' antara HCS Approach dan HCS Study, pada November 2016 lalu.

Dengan dilengkapinya HCS Approach Toolkit Versi 2.0, HCS Steering Group saat ini dapat fokus pada uji coba metodologinya, agar dapat disesuaikan bagi para petani kecil, serta memperkuat persyaratan sosial yang dikembangkan sebagai bagian dari proses konvergensi HCS.

Dalam peluncurannya, Grant Rosoman selaku Co-Chair dari High Carbon Stock (HCS) Steering Group mengatakan, “Membiarkan deforestasi atau pembabatan hutan alam demi perkebunan sudah merupakan suatu hal di masa lalu. Hari ini, kami meluncurkan sebuah toolkit dengan metodologi yang memberikan panduan teknis yang praktis dan terbukti kuat secara ilmiah, untuk mengidentifikasi dan melindungi hutan alam tropis.

Sang Co-Chair HCS juga menyatakan bahwa selama dua tahun itu, para pemangku kepentingan telah menyatukan berbagai upaya untuk menyepakati satu-satunya pendekatan global untuk menerapkan praktek 'Non-Deforestasi'. Metodologi yang dihasilkan telah memperluas persyaratan sosialnya, pengenalan, dan penerapan terhadap data cadangan karbon, yang mencakup teknologi baru termasuk penggunaan LiDAR, untuk mengoptimalisasi konservasi dan hasil produksi serta dapat diadaptasi bagi petani-petani kecil.

Aktivitas penanaman pohon di salah satu lahan gambut di Sumatra Selatan
Sumber: Twitter HCSA @Highcarbonstock
Non-deforestasi adalah kebalikan dari deforestasi. Apabila deforestasi menyebabkan kerusakan, maka non-deforestasi ini adalah kegiatan penggunaan lahan untuk kepentingan komersil tanpa harus mengubah areal hutan menjadi areal bukan hutan. Sehingga tidak akan menyebabkan kerusakan lingkungan ataupun ekosistem.

HCSA ini bisa dikatakan berjalan sukses sebagaimana diukur berdasarkan implementasi pelaksanaan kerja sama - kerja sama dengan berbagai pihak. Baik itu Organisasi Non Pemerintah (LSM) di berbagai negara, perusahaan maupun komponen lainnya. Sebelumnya metode ini telah sukses diterapkan di enam negara sejak tahun 2014, pada 10 juta hektar lahan untuk mengidentifikasi hutan konservasi.


The High Carbon Stock Approach
Sumber: Youtube Hion Stock Approachgh Carb


TAK KENAL MAKA KENALAN
Saya tahu HCSA Steering Group mengawasi penuh HCS Approach Toolkit. Tapi saya pikir, tidak ada salahnya mencari tahu lebih banyak tentang HCSA Steering Group. Kita bisa mengaksesnya melalui website: http://highcarbonstock.org.

Jadi, HCS Approach Steering Group adalah sebuah organisasi yang terdiri dari berbagai pemangku kepentingan, yang dibentuk pada tahun 2014 untuk mengelola HCS Approach. Steering Group (SG) dibentuk agar dapat mengawasi pengembangan selanjutnya dari metodologi tersebut, termasuk penyempurnaan terhadap definisi, objektif dan hubungan dengan pendekatan-pendekatan lainnya, untuk menghentikan praktek penggundulan hutan. SG pun memandu implementasi dari metodologi tersebut, berkomunikasi dengan para pemangku kepentingan dan mengembangkan/ menjalankan pengelolaan terhadap model dari metodologi tersebut.

Minggu, 28 Mei 2017

Kenapa Harus Opini.id?

Pertanyaannya ambigu?

Hehehe ... Kalian tenang saja, saya tidak bermaksud menjebak kok. Judulnya sengaja saya tulis pertanyaan karena sebenarnya saya ingin menjelaskan. Hm, lebih tepatnya me-review sih. Kenapa (kita) harus (menulis / membaca artikel di) Opini.id?

Semuanya berawal dari facebook. Waktu itu, saya menemukan status seorang blogger yang mengajak kita untuk menulis di Opini.id. Jujur, itu pertama kalinya saya kenal dengan portal Opini.id. Ya, anggap saja saya kudet alias kurang update karena nyatanya itu portal sudah ada hampir setahunan. Hanya saja dari segi penampilan, memang masih perlu banyak perbaikan dan perkembangan.
Opini.id adalah tempat dimana kita bisa menuangkan ide-ide dan pikiran.
First impression, dari namanya saya menebak kalau portal ini akan sejenis sama Hipwee yang isi tulisannya cenderung galau melow dan curhatan. Tapi ... jeng jeng ... Kok ada foto Ahok? Ada berita politik? Ini benar portal opini bukan ya atau portal berita? Nah, lho ... *bingung

Untungnya, saya dikasih kesempatan untuk ikut FGD (Forum Group Discussion) di kantor Opini.id. Bersama beberapa teman penulis lain, akhirnya saya bisa menanyakan semua bentuk kebingungan waktu pertama kali pengen posting tulisan. Hehe ... Ternyata bukan saya saja yang begitu.

Mengenai cara posting, sekarang sudah gampang kok. Yang pasti kalian harus punya akun Opini.id, register seperti biasa. Ada pilihan sign in with facebook, with twitter, dan with email. Pilih menu Topic, kemudian klik salah satu dari tanda panah yang ada di capture:

Pilih salah satu saja ya

Ternyata Opini.id memang membebaskan para kontributornya untuk menulis apa saja. Tidak ada batasan tema tertentu, entah itu tentang kehidupan asmara, lingkungan kerja, sains, politik, kesehatan, psikologi, dan sebagainya. Selama masih dalam batas wajar dan tidak mengandung SARA. Karena semua tulisan yang kita posting tidak akan difilter, jadi langsung muncul di portal tersebut.
Opini.id itu portal blog keroyokan/ blog komunitas. Sejenis Kompasiana, Indosiana, dan lain-lain.
Nah, karena tidak ada batasan dan filter itulah makanya tulisan di Opini.id ada yang kecolongan. Maksudnya? Ada tulisan-tulisan alay yang pemakaian EYD-nya sembarangan atau malah disingkat-singkat. Hadeuhh ... ya, tapi kembali lagi, selama topik tulisannya tidak mengandung SARA, pihak Opini.id tidak akan menghapusnya.

Kalau kata salah satu orang Opininya sih, "Abaikan saja tulisan alay, nanti juga tenggelam sendiri."
Tulisan di Opini.id dikhususkan untuk pembaca remaja millineal.
Oh iya, walaupun diberi kebebasan tema, tidak terbatas artikel, puisi, atau curhatan, Opini.id "menuntut" agar tulisan yang kita sajikan dikemas semenarik mungkin, cocok untuk pembaca berusia 18-24 tahun. Pokoknya kekinianlah ... Jadi, kalau pun mau membahas tentang budaya atau politik yang notabene tema paling jarang disentuh oleh remaja masa kini, usahakan agar pembahasannya tetap meremaja ya. Agar sesuai dengan visi misi dari portal Opini.id itu sendiri.

Hm, secara garis besar ini pendapat saya, setelah beberapa kali saya nulis di Opini.id:

Tampilan Artikel di Portal Opini.id

1. Mengadopsi gaya Instagram dan Wattpad
Itu sih yang terlintas di pikiran saya, Instagram yang cenderung kuat di bagian foto, lalu di bawahnya pakai caption. Wattpad pun sama, bisa menaruh media/foto/video, lalu di bawahnya tulisan.
2. Slide dan Swipe
Tampilannya nggak scroll, tapi lebih ke swipe. Jadi, satu artikel bisa dibikin beberapa slide, dimana satu slide bisa dibubuhkan satu gambar/ ilustrasi pendukung.
3. SEO Friendly!
Berkat tampilannya yang slide by slide itu, Opini.id jadi SEO Friendly terutama untuk android.
4. Wajib original.
No copy paste! No Hoax! Karena kalau copy paste/ Hoax bakal ketahuan sama pihak Opini.id. Jadi, tulisan di sana terbukti berkualitas dong hehehe ...
5. Ada Video
Selain tulisan dan foto-foto pendukung, Opini.id juga punya keunggulan. Malah, orang cenderung mengenal Opini.id dari video-video buatan mereka. Kreatif! Bisa dilihat di sini. Kita juga bisa lho bikin video sendiri. Caranya dengan mengupload di Youtube, lalu pindahkan link Youtube ke Opini.id. Selesai deh ...
6. Backlink
Kita bisa taruh website/ blog pribadi di bio yang ada diprofil. Nantinya itu bisa jadi backlink dan masuk SEO mereka.

Tampilan Profil
7. Tidak Ada Fitur Edit
Ini salah satu kelemahan yang menurut saya mengganggu. Kadang kalau saya nulis--entah itu di blog pribadi atau blog komunitas--rasanya sih tulisan sudah oke, tapi pas diposting tahu-tahu ada typo. Kurang titik koma-lah, salah ejaan-lah, yang pasti bagi saya Fitur Edit itu penting. Tapi kalau di Opini.id siap-siap saja...  Typo sedikit delete, nulis ulang ๐Ÿ˜† capek deh haha... Benar-benar melatih ketelitian dan kejelian dalam menulis.
8. Tersedia di Google Playstore
Kalau mau gampang, tinggal download aplikasinya di google playstore. Nggak berat kok, cuma 7,71 MB.

Terakhir, baca juga tulisan saya di Opini.id:
Ini Alasan Sebaiknya Drama Korea Jangan Dijiplak!
7 Job Kekinian yang Patut Kamu Coba!
Ini yang Bikin Pahala Ramadhan Berkurang 

Rabu, 03 Mei 2017

Resensi Akhlakku Akhlak al-Qur'an

Cover Buku

Judul Buku : Akhlakku Akhlak al-Qur'an
Kategori     : Nonfiksi
Penerbit     : Maghfirah Kids
Tebal buku : 48 halaman
Cetakan      : Pertama, September 2016


Siapa yang suka baca komik, tunjuk tangan? Saya! Saya! Hehehe ...

Buku berjudul Akhlakku Akhlak Al-Qur’an memang bukan sepenuhnya komik. Lebih tepat jika dibilang menyisipkan komik. Karena buku ini terdiri dari 11 Akhlak Terpuji yang dilengkapi contoh penerapannya; 11 Kisah Hikmah yang menceritakan kisah para nabi dan sahabatnya; serta 11 cerita seru seputar kehidupan Maghfi dan Fira.

Maghfi dan Fira di sini memang menjadi tokoh utama. Mereka adalah kakak beradik yang lahir di sebuah keluarga muslim. Nantinya, keseharian mereka akan diceritakan sesuai dengan tema bab perbab. Misalnya pada bab JUJUR, sebelumnya penulis membahas terlebih dahulu apa itu jujur dan seperti apa hadistnya.

Isi buku
Kemudian, setelah membahas pengertian jujur secara umum, penulis mulai memberikan contoh-contoh kejujuran dari kehidupan sehari-harinya Maghfi dan Fira. Nah, di sini Maghfi diceritakan hendak pergi ke rumah temannya untuk belajar bareng, tapi tiba-tiba ... Eitss, Maghfi malah kepergok berbohong. Lho, memang Maghfi berbohong apa? Ternyata diam-diam dia membawa bola untuk main. Wah ... wah ... dosa, lho bohong kepada orang tua. Bundanya sampai sedih tuh.

Cerita Maghfi dan Fira
Walaupun singkat, menurut saya pesan moralnya sudah cukup tersampaikan. Lagipula untuk anak-anak tidak perlu memberikan banyak pembahasan yang bertele-tele, yang akhirnya malah membuat anak kebingungan. Nah, setelah kisah Maghfi dan Fira, barulah buku Akhlakku Akhlak Al-Qur’an menampilkan komik!

Komik tentang para nabi, Rasul, dan sahabatnya

Seperti yang kita ketahui bahwa anak-anak senang membaca buku bergambar. Bahkan di usia sekolah dasar, anak cenderung sudah menyukai komik. Mungkin karena komik berisi gambar-gambar yang menarik dan berhasil memvisualisasikan cerita yang membuat imajinasi mereka semakin berkembang. Jadi, saya pikir penulis cukup pintar mengambil peluang apa yang disukai oleh anak-anak.

Selasa, 02 Mei 2017

Cara Mudah Mempelajari Al-Quran bagi Orang Awam

Cover Buku

Judul buku: Mudah Tafsir Ibnu Katsir (Jilid 1)
Kategori      : Nonfiksi / Agama Islam
Penerbit       : Maghfirah Pustaka
Penulis         : Tim Penerbit
Tebal buku   : 568 halaman
Cetakan        : Pertama, November 2016

Harga           : Rp 190.000


Mungkin bagi sebagian orang, mempelajari agama itu gampang-gampang susah. Ibarat politik, pembahasan agama adalah persoalan yang sensitif. Terlebih lagi bagi kita yang tinggal di perkotaan, dengan lingkungan yang semakin maju dan berkembang. Masyarakat yang heterogen, dengan berbagai macam suku dan agama bercampur baur.

Saya sendiri tinggal berdampingan dengan orang-orang batak nonmuslim. Sehari-hari kami selalu berusaha menjaga silaturahmi, kerukunan, dan tidak menyinggung agama masing-masing. Saya pikir bukan hanya saya saja yang mengalaminya. Setiap dari kita pasti menginginkan kehidupan penuh toleransi. Bahkan terkadang berusaha sebisa mungkin untuk tidak membahas soal agama ketika berada di tengah masyarakat.

Tapi lama-lama, ketika keinginan bertoleransi itu lebih kuat, kita justru enggan untuk “menyelami” agama sendiri. Dalam arti, kita tetap beribadah kepada-Nya, berbuat baik sebagaimana perintah Allah, namun membatasi dan membiarkan ilmu agama kita segitu-gitu saja. Karena merasa ilmu yang sensitif itu terlalu berat dan sulit untuk kita pahami. Salah-salah menjadi masalah, parahnya bisa dianggap kafir. Nauzubillah minzalik ...

Tapi apakah memang sesulit itu mempelajari agama Islam?
Bukanlah agama Islam yang sulit dipelajari. Akan tetapi pemikiran manusia yang membuat Islam itu terasa rumit. Ditambah dengan kesalahan-kesalahan presepsi yang kerap bercampur baur dengan akidah-akidah Islam, membuat segalanya terlihat samar dan tidak jelas. Ketika kita ingin bertanya, kita kerap tidak menemukan media yang pas. Atau bahkan salah mendapatkan teman diskusi yang akhirnya malah berujung pada perdebatan yang sebenarnya tidak perlu terjadi.
ูˆَุฅِู†ْ ุชُุทِุนْ ุฃَูƒْุซَุฑَ ู…َู†ْ ูِูŠ ุงู„ْุฃَุฑْุถِ ูŠُุถِู„ُّูˆْูƒَ ุนَู†ْ ุณَุจِูŠْู„ِ ุงู„ู„َّู‡ِ ۚ
Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. (al-An'รขm [6]: 116)
Tidak ada larangan bagi kita mempelajari atau berdiskusi dengan orang tertentu. Bahkan kita dianjurkan untuk berkumpul dengan orang-orang yang shalih, memperdalam ilmu agama bersama ustadz atau ulama-ulama. Namun, kita juga tidak boleh lupa bahwasannya sumber ilmu yang utama adalah al-Qur'an. Karena kitab suci yang berasal dari Allah itu menuangkan semua peraturan, apa yang boleh, apa yang dilarang, kisah-kisah di masa lalu, dan kisah-kisah yang akan terjadi di masa depan. Mahasuci Allah dengan segala kuasanya.
Tapi sudahkah kita mempelajari al-Qur'an dengan benar? Memaknai ayat-ayat dan artinya dengan baik?
Mungkin di antara kita termasuk saya, pernah merasa bingung atau bahkan ragu memahami ayat dan arti al-Qur'an. Takut salah memaknainya, yang berlanjut salah mengambil tindakan seperti yang terjadi pada kasus-kasus semisal bom bunuh diri.

Karena itulah, sekiranya kita memerlukan bacaan pendukung seperti kumpulan hadist riwayat yang shahih dan kitab-kitab tafsir. Menyoal buku tafsir, Penerbit Maghfirah Pustaka sendiri, sebagai salah satu penerbit buku islam yang telah menerbitkan banyak jenis al-Quran dan buku-buku pedoman Islam lainnya, kini "melahirkan" buku Mudah Tafsir Ibnu Katsir.

Buku terjemahan ini memuat ayat-ayat al-Quran serta kandungan isinya yang dibahas satu persatu ayat, sehingga memberi kesempatan kepada pembaca untuk memahaminya pelan-pelan. Karena dibahas secara satu persatu itulah, buku tersebut akhirnya dibagi menjadi beberapa jilid. Pada jilid 1, buku yang ditulis oleh Ibnu Katsir ini mengupas surah al-Fathihah dan surah al-Baqarah. Buku asalnya memang berbahasa Arab dan tentu saja menyulitkan orang awam untuk membaca. Tapi oleh tim Penerbit Maghfirah Pustaka, buku aslinya diterjemahkan dengan begitu baik sehingga menghasilkan kata-kata yang mudah untuk dipahami.

Seperti yang tertera pada Blurb di cover belakang:
Shahih. Tafsir ini hanya mendasarkan pada hadits-hadits shahih serta membuang riwayat-riwayat isra'iliyyal, sehingga sangat menenteramkan pembaca ketika menelaahnya. Mudah. Bahasa dan pemaparannya sangat mudah, bahkan mudah dipahami oleh orang awam sekalipun.
Sistematis. Karena ditujukan untuk para pembaca masa kini, buku Mudah Tafsir Ibnu Katsir ini dipaparkan dalam format yang sistematis, memperhatikan tanda baca, dan gaya bahasa yang disesuaikan.
Lengkap. Kelengkapan tafsir Ibnu Katsir ini tetap terjaga; ayat-ayat yang ditafsirkan, pendapat Ibnu Katsir terkait ayat-ayat tersebut, serta kesimpulan-kesimpulan ilmiahnya menjadi satu kesatuan utuh yang lengkap disajikan di dalam buku ini.
Shahih, sistematis, dan lengkap. Saya pikir tiga keunggulan itu bisa membuat kita bernapas lega. Sebab, ada beberapa buku sejenis yang saya temui, masih menyisipkan riwayat-riwayat isra'iliyyal. Riwayat isra'iliyyal adalah riwayat yang palsu dan tidak jelas asal-usulnya. Umumnya, penerbit lain memasukkan riwayat isra'iliyyal untuk melengkapi pembahasan dan menunjukkan kepada pembaca bahwa ini adalah riwayat yang tidak benar. Tapi menurut saya, hadirnya riwayat isra'iliyyal di dalam pembahasan justru akan membingungkan pembaca awam. Jadi, keputusan Penerbit Maghfirah Pustaka menghapus riwayat tersebut sudahlah tepat.

Jumat, 28 April 2017

Berbagi Inspirasi Bersama Kika (2)

Cover Buku

Judul Buku         : Al-Qur’an Inspired Stories: Kika dan Laron
Kategori               : Fiksi
Penerbit                : Maghfirah Kids
Penulis                 : Dyah Utami Aryanti
Tebal buku           : 24 halaman
Cetakan                : Pertama, Maret 2017

Setelah mengupas surah al-Ghaasyiyah pada seri sebelumnya, kini penulis Dyah Utami kembali mengisahkan keseharian Kika yang penuh inspirasi. Berlatar belakang surah al-Qaariaah, Kika diceritakan sedang berlibur ke rumah neneknya. Di sana ia berpetualang bersama Kak Koro dan kedua temannya menaiki bukit.
Di puncak bukit, Koro berkata, "Kika, coba pakai teropong ini!"
Kika mulai meneropong, “Masya Allah, aku bisa lihat nenek di bawah sana.”
“Pinjam dong,” Kata Ria sambil merebut teropong.
“Sabar, ya, bergantian.” Kata Koro.
-Halaman 7 
Selain itu, Kika juga ikut mengaji dengan Pak Imam. Cara mengajarnya Pak Imam asyik, lho. Awalnya Kika dan teman-temannya dijelaskan tentang laron, hewan kecil bersayap yang suka sekali dengan cahaya. Selanjutnya, mereka diajak bermain kejar-kejaran. Wih seruuu! Kika dan teman-temannya menjadi laron, sedangkan Pak Imam menjadi cahaya yang terus bergerak. Tapi, apa hubungannya ya antara laron dengan belajar mengaji?

Isi Buku
Nah, lagi-lagi Dyah Utami memperlihatkan kepiawaiannya dalam menuangkan ide. Pemikiran anak-anak yang masih polos dan penuh imajinasi memang tidak seperti orang dewasa. Daya tangkap dan nalarnya pun masih perlu kita arahkan agar si anak tidak salah presepsi. Saya suka bagian ketika Pak Imam mengajak anak-anak bermain karena setelah permainan selesai, Pak Imam akhirnya menjelaskan inti dari permainan tersebut. Pada Hari Kiamat seluruh manusia akan beterbangan seperti laron. Ini ada dalam surah al-Qaariaah, lho. Ih, seramnyaaa ...
Kika dan anak-anak lain tercengang. “Ceritanya seram, Pak,” ujar Mala dengan wajah takut.
“Hari Kiamat memang menakutkan. Tapi, orang yang beriman akan diselamatkan Allah dari bencana hari Kiamat,” jelas Pak Imam. 
-Halaman 16
Tapi berkat gaya bahasa yang apik, serta ilustrasi yang menarik, kisah yang dianggap seram pun bisa menjadi kisah yang inspiratif. Sehingga orang tua tidak perlu khawatir membuat anak ketakutan dengan cerita-cerita Hari Kiamat.

Oh, iya pada bagian akhir buku, penulis juga tidak lupa menyediakan satu lembar khusus surah al-Qariaah. Gunanya agar anak-anak bisa membaca sembari menghapalkan surah tersebut secara lengkap. Lembar surah tersebut juga masih full colour jadi anak tidak akan bosan dan tetap semangat untuk menghapalnya.

Lagi-lagi, membaca serial Kika mengantarkan kita kepada satu kesimpulan ... bagaimana caranya membuat si kecil menjadi anak yang senantiasa berbuat baik dan merindukan surga.

==============================
Buku ini belum ready di toko buku. Jadi, kalau penasaran, bisa datang ke Islamic Book Fair (IBF) 2017 ya. Lokasinya di Jakarta Convention Center (JCC). Mulai tanggal 3-7 Mei 2017. Buku ini akan hadir sekaligus dilaunchingkan di sana bersama buku-buku Islam lainnya. Kalau tinggalnya di luar Jakarta gimana? Tenang ... Setelah launching, buku ini akan mejeng di toko buku.

PS: yang mau titip beli buku ini, bisa tulis di komentar atau kontak ke sini ya 081285663127


Dear Telkomsel, Murahin Kuotanya Dong

Kata orang zaman dulu, godaan terbesar dalam hidup itu Harta, Tahta, dan Wanita. Tapi kayaknya ada satu lagi deh,

KUOTA

Hehehe .. ini godaan terbesar anak zaman sekarang. Ibarat makan, tanpa kuota nggak hidup, Bro! Lebay? Ya tapi benar juga lho, sekarang apa-apa butuh internet, BBM, Whatsapp, LINE, Instagram, Path, blog, adsvertising, dan segala macam. Nggak cuma untuk anak muda saja, orang kantoran, sampai ibu rumah tangga pun kebanyakan pakai gadget yang butuh banget asupan internet.

Nah, ngomong-ngomong soal kuota. Pagi ini media sosial lagi heboh karena website Telkomsel kena hack. Kalau kalian ketik keyword “Telkomsel” di google, kalian akan dapat tulisan seperti ini:


Si hacker komplain karena harga kuota internet Telkomsel sekarang MAHAL.

Hm, gimana ya ... Saya sendiri sebagai pengguna Telkomsel setuju sama si hacker, harga kuotanya memang mahal banget. 6 Giga saja bisa habis 170ribuan untuk dua bulan. Akhirnya saya mutusin buat pindah ke kartu lain untuk internetan. Telkomsel cuma untuk telepon dan sms saja. Ya bukannya nggak mau ganti nomor sekalian sih, masalahnya saya sudah lumayan lama pakai Telkomsel dan teman-teman saya tahunya saya pakai kartu itu. Kalau ganti total, males ngonfirmasiin ke mereka kalau saya ganti kartu hehe ...

Yang pasti, untuk internetan saya pakai kartu lain. Kartu perdana yang kuota juga mahal. Pernah coba beli berapa giga gitu, malah kepotong sama HOOQ yang menurut saya nggak penting-penting banget.

Jadi, saya ngerti banget kenapa si hacker sampai marah-marah dan nge-hack akun Telkomsel. Walaupun sebenarnya tindakan si hacker bukan sesuatu yang patut dibenarkan juga sih. Soalnya ngomongnya kasar begitu.

Tapi mungkin dengan begini pihak Telkomsel jadi lebih sadar dan mulai bebenah. Apalagi setelah akun twitter mereka kebanjiran keluhan. Ingat, tanpa perbaikan lama-lama Telkomsel akan kehilangan pelanggan.


Kartu lain banyak yang murah tapi jaringannya bikin sakit jiwaaaa gara-gara kadang bagus kadang lemot, kadang H+ eror, kadang 4G mandeg.

Ada juga sih yang murah dan jaringan mantap, cuma tidak merata kadang kalau saya pulang kampung jaringannya hilang.

Nah, Telkomsel ini jaringan kuat tapi harganya yang bikin sakit jiwaaaa ๐Ÿ˜ƒ
Jadi, murahin lagi ya, hei Telkomsel! Karena saya pelanggan setiamu lho, masa begitu sih sama pelanggan *eh

Rabu, 26 April 2017

Berbagi Inspirasi Bersama Kika


Cover buku ©2017 Nila Fauziyah

Judul Buku          : Al-Qur’an Inspired Stories: Kika dan Pak Kosah
Kategori                : Fiksi
Penerbit                : Maghfirah Kids
Penulis                  : Dyah Utami Aryanti
Tebal buku           : 24 halaman
Cetakan                : Pertama, Maret 2017
Harga                   : Rp 30.000


Mencari buku anak bernuansa religi sebenarnya tidak terlalu sulit. Apalagi untuk sekarang ini, ketika orang tua mulai memerhatikan dan menyadari betapa pentingnya buku bacaan untuk anak. Penerbit dan penulis seolah berlomba-lomba menyajikan buku-buku yang berkualitas. Saya pribadi senang melihat buku-buku anak bernuansa religi semakin banyak dan berkembang. Terutama buku-buku lokal, yang sebenarnya tak kalah menarik untuk dibaca.

Seperti buku al-Qur’an Inspired Stories: Kika dan Pak Kosah. Dari judulnya kita bisa mengetahui bahwa buku ini berisi kisah-kisah yang terinspirasi dari al-Qur’an. Tapi mengingat target pembacanya berusia 5-8 tahun, buku ini hanya memuat 24 halaman. Jadi, tidak terlalu tebal. Tapi jangan salah, isinya sangat inspiratif dan sarat makna.

Isi buku ©2017 Nila Fauziyah
Buku al-Qur’an Inspired Stories ini punya beberapa seri. Satu seri memuat satu surah al-Qur'an yang akan dibahas bersama Kika dan teman-temannya. Menarik kan? Baru kali pertama, lho ada buku anak semacam ini di Indonesia.

Nah, untuk seri Kika dan Pak Kosah, sang penulis Dyah Utami mengambil surah al-Gaasyiyah sebagai latar belakang cerita. Kisahnya bermula dari gadis cilik bernama Kika yang merasa kasihan kepada Pak Kosah. Pak Kosah ini seorang petugas kebersihan sekolah. Ia terlihat lelah karena pekerjaannya. Tapi tanpa diduga-duga Pak Kosah mendapat piala penghargaan dari Kepala Sekolah. Karena berkat Pak Kosahlah, sekolah Kika bisa menjuarai lomba kebersihan.

Kika pun menceritakan kejadian tersebut kepada ibunya. Kemudian sang ibu memberi Kika suatu pandangan yang menarik. Pelajaran berharga mengenai sebab dan akibat, alasan mengapa Pak Kosah pantas mendapat penghargaan tersebut, dan bagaimana cara agar Kika bisa mendapat hadiah surga dari Allah.

Surga? Ya, surga! Kika jadi ingin mendapatkan hadiah surga. Sebab dalam surah al-Ghaasyiyah, Allah menciptakan surga dengan begitu indah, detail, dan sempurna. Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah SWT. Kun fayakun, apabila Dia sudah berkata jadi maka jadilah ...

Yang menarik di sini, selain ceritanya yang mengalir dan sederhana, ilustrasi yang disajikan juga memanjakan mata. Penggambaran surga dan neraka yang sebenarnya agak rumit dibuat menarik sesuai dengan usia anak. Kombinasi yang membuat saya tergelitik, antara religi dan imajinasi anak.

Surga yang penuh kueeee ... ©2017 Nila Fauziyah

Saya pikir buku ini juga cocok dijadikan "dongeng" sebelum tidur. Siapa tahu kisah Kika bisa terbawa ke dalam alam bawah sadar si kecil, kemudian tertanam dan turut membentuk kepribadian anak yang senantiasa merindukan surga.

Oh, iya karena buku ini baru saja terbit, untuk sementara belum ada di toko buku. Kalau mau beli? Datang saja ke Islamic Book Fair (IBF) 2017. Lokasinya di Jakarta Convention Center (JCC). Mulai tanggal 3-7 Mei 2017. Buku ini akan hadir sekaligus dilaunchingkan di sana bersama buku-buku Islam lainnya.

Kalau tinggalnya di luar Jakarta gimana? Tenang ... Setelah launching, buku ini akan mejeng di toko buku. 
Informasi lebih lengkap, kontak ke sini ya: 0857 8171 8161