Saat kalian diberi pertanyaan, “Apa arti kebahagiaan untuk Anda?” bisakah menjawabnya dalam waktu tiga detik? Itu bukan pertanyaan yang luar biasa, bahkan terkesan sepele. Namun, bisakah kalian menjawabnya dengan jawaban yang sebenar-benarnya?
“Uang adalah
kebahagiaan. Dengan uang saya bisa membeli segalanya.”
Itu jawaban yang
paling sering terlontar. Meski ada juga, “Cinta, dengannya saya bisa terus hidup
dan bahagia.”
Keduanya tidak salah.
Hanya saja, pernahkah terpikirkan alasan selain demi diri sendiri, misalnya
seperti, “Uang adalah kebahagiaan, karena dengannya saya bisa memberi dan
membantu orang lain yang kesusahan.” Atau “Kebahagiaan adalah ketika saya bisa
memberi cinta dan kasih sayang, kepada mereka yang kurang mampu, mereka yang broken
home dan ditinggalkan oleh keluarganya.”
Karena bicara
soal kebahagiaan, tidak melulu tentang diri sendiri bukan? Tinggal bagaimana
cara kita bersyukur atas segala nikmat Tuhan. Seperti rasa syukur saya ketika
mendatangi sebuah acara di kawasan Blok M, Jakarta Selatan, pada hari Minggu lalu (26/1).
Bisa
dibilang, Jakarta Humanity Festival (JAKHUMFEST) 2020 ini
adalah acara yang spesial. Festival yang tidak hanya menyajikan acara-acara
keren untuk kaum milenial, tetapi juga mengajak kita untuk lebih aware terhadap
lingkungan sekitar, serta peduli dengan isu-isu kemanusiaan. Bagi sebagian orang, isu ini mungkin tidak relate dengan
kehidupannya, terlalu berat, atau malah dia sendiri tidak mau membuka pikiran
dan mencobanya. Namun, Dithi Sofia sebagai salah satu narasumber human
talk meyakinkan:
Penggiat komunitas Diet Kantong Plastik itu bahkan melarang kita untuk menjadikan tindakan mengurangi sampah plastik sebagai sesuatu yang istimewa. "Jadikan semua itu sebagai suatu kebiasaan, yang biasa kita lakukan sehari-hari. Bukan hal yang spesial. Sehingga lama-kelamaan kita akan ringan melakukannya.""Banyak orang yang belum mencoba diet plastik, tapi sudah ketakukan sendiri. Mereka mengganggap mencintai lingkungan dengan cara mengurangi limbah plastik, itu pasti menyulitkan diri sendiri. Nggak boleh pakai sedotan plastik, nggak boleh pakai kresek plastik, nggak bisa minum boba, dll. Boleh … Kalian tidak perlu diet ketat. Ada kalanya kalian belanja di minimarket, lalu lupa membawa totebag khusus belanja, yang akhirnya pakai kresek. Ya sudah nggak apa-apa. Namanya juga lupa, yang penting besok-besok kita berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan."
" ... dan ketika kita sudah berhasil melakukan diet plastik, jangan tiba-tiba menge-judge orang yang masih menggunakan plastik seperti ini 'eh kok lo masih gunain kresek sih, kresek plastik kan cuma ngotor-ngotorin bumi. Limbahnya nggak bisa terurai' pokoknya wah ... bikin orang yang dengarnya malas duluan."
Narasumber lain seperti Dillah Hadju, Swetenia Puspa, dan Syamsul Ardiansyah juga hadir memberi pemaparan yang menarik. Tentunya pemaparan tersebut mendukung pernyataan-pernyataan Dithi Sofia.
HUMAN EXPOSURE
Selain sesi diskusi, JAKHUMFEST 2020 juga menyajikan human exposure, yaitu pameran foto tentang aksi-aksi kemanusiaan yang melibatkan banyak relawan. Khususnya relawan dari Dompet Dhuafa yang sejak tahun 1993 selalu konsisten memberi bantuan kepada korban-korban bencana alam, kebakaran, banjir bandang, dan sebagainya. Bersama Dompet Dhuafa pulalah kita diajak untuk kembali menguatkan rasa kepekaan dan kepedulian kita terhadap orang lain. Memberi walau sedikit, atau ikut bergabung menjadi relawan jika memungkinkan. Karena berdasarkan data yang dipaparkan oleh pihak Dompet Dhuafa, hampir 50% penyumbang terbesar adalah kaum milenial dengan rentang usia 19-30 tahun. Itu artinya, sebenarnya masih banyak anak muda yang aware terhadap lingkungan dan kemanusiaan.
Selain sesi diskusi, JAKHUMFEST 2020 juga menyajikan human exposure, yaitu pameran foto tentang aksi-aksi kemanusiaan yang melibatkan banyak relawan. Khususnya relawan dari Dompet Dhuafa yang sejak tahun 1993 selalu konsisten memberi bantuan kepada korban-korban bencana alam, kebakaran, banjir bandang, dan sebagainya. Bersama Dompet Dhuafa pulalah kita diajak untuk kembali menguatkan rasa kepekaan dan kepedulian kita terhadap orang lain. Memberi walau sedikit, atau ikut bergabung menjadi relawan jika memungkinkan. Karena berdasarkan data yang dipaparkan oleh pihak Dompet Dhuafa, hampir 50% penyumbang terbesar adalah kaum milenial dengan rentang usia 19-30 tahun. Itu artinya, sebenarnya masih banyak anak muda yang aware terhadap lingkungan dan kemanusiaan.
Meski begitu, Dompet Dhuafa dalam festival
ini hendak memberi alternatif lain. Bagi pengunjung yang ingin berdonasi, selain bisa langsung mengunjungi booth Dompet Dhuafa, bisa juga dengan membeli barang-barang preloved yang dijual di sana. Barang-barang
berupa pakaian, sepatu, bantal, dan pernak-pernik pada Bazzar tersebut,
merupakan barang-barang yang disumbangkan oleh artis-artis papan atas sebagai
bentuk partisipasi mereka. Beberapa di antaranya Jessica Iskandar, Sandra
Dewi, Jess No Limit, Ayu Gani, dll. Kelak hasil penjualan dari barang-barang
tersebut akan didonasikan kepada korban-korban bencana alam.
Karena seperti yang kita ketahui, di awal tahun 2020, Indonesia dipenuhi dengan bencana alam yang menyisakan kesedihan serta kehilangan. Banjir bandang dan longsor di berbagai daerah, seperti Lebak Banten, Jakarta, Bekasi, Bogor. Juga daerah-daerah lain yang sampai saat ini masih sangat butuh bantuan makanan maupun materi untuk membangun kembali rumah-rumah dan bangunan tempat ibadah yang hancur.