Minggu, 28 Mei 2017

Kenapa Harus Opini.id?

Pertanyaannya ambigu?

Hehehe ... Kalian tenang saja, saya tidak bermaksud menjebak kok. Judulnya sengaja saya tulis pertanyaan karena sebenarnya saya ingin menjelaskan. Hm, lebih tepatnya me-review sih. Kenapa (kita) harus (menulis / membaca artikel di) Opini.id?

Semuanya berawal dari facebook. Waktu itu, saya menemukan status seorang blogger yang mengajak kita untuk menulis di Opini.id. Jujur, itu pertama kalinya saya kenal dengan portal Opini.id. Ya, anggap saja saya kudet alias kurang update karena nyatanya itu portal sudah ada hampir setahunan. Hanya saja dari segi penampilan, memang masih perlu banyak perbaikan dan perkembangan.
Opini.id adalah tempat dimana kita bisa menuangkan ide-ide dan pikiran.
First impression, dari namanya saya menebak kalau portal ini akan sejenis sama Hipwee yang isi tulisannya cenderung galau melow dan curhatan. Tapi ... jeng jeng ... Kok ada foto Ahok? Ada berita politik? Ini benar portal opini bukan ya atau portal berita? Nah, lho ... *bingung

Untungnya, saya dikasih kesempatan untuk ikut FGD (Forum Group Discussion) di kantor Opini.id. Bersama beberapa teman penulis lain, akhirnya saya bisa menanyakan semua bentuk kebingungan waktu pertama kali pengen posting tulisan. Hehe ... Ternyata bukan saya saja yang begitu.

Mengenai cara posting, sekarang sudah gampang kok. Yang pasti kalian harus punya akun Opini.id, register seperti biasa. Ada pilihan sign in with facebook, with twitter, dan with email. Pilih menu Topic, kemudian klik salah satu dari tanda panah yang ada di capture:

Pilih salah satu saja ya

Ternyata Opini.id memang membebaskan para kontributornya untuk menulis apa saja. Tidak ada batasan tema tertentu, entah itu tentang kehidupan asmara, lingkungan kerja, sains, politik, kesehatan, psikologi, dan sebagainya. Selama masih dalam batas wajar dan tidak mengandung SARA. Karena semua tulisan yang kita posting tidak akan difilter, jadi langsung muncul di portal tersebut.
Opini.id itu portal blog keroyokan/ blog komunitas. Sejenis Kompasiana, Indosiana, dan lain-lain.
Nah, karena tidak ada batasan dan filter itulah makanya tulisan di Opini.id ada yang kecolongan. Maksudnya? Ada tulisan-tulisan alay yang pemakaian EYD-nya sembarangan atau malah disingkat-singkat. Hadeuhh ... ya, tapi kembali lagi, selama topik tulisannya tidak mengandung SARA, pihak Opini.id tidak akan menghapusnya.

Kalau kata salah satu orang Opininya sih, "Abaikan saja tulisan alay, nanti juga tenggelam sendiri."
Tulisan di Opini.id dikhususkan untuk pembaca remaja millineal.
Oh iya, walaupun diberi kebebasan tema, tidak terbatas artikel, puisi, atau curhatan, Opini.id "menuntut" agar tulisan yang kita sajikan dikemas semenarik mungkin, cocok untuk pembaca berusia 18-24 tahun. Pokoknya kekinianlah ... Jadi, kalau pun mau membahas tentang budaya atau politik yang notabene tema paling jarang disentuh oleh remaja masa kini, usahakan agar pembahasannya tetap meremaja ya. Agar sesuai dengan visi misi dari portal Opini.id itu sendiri.

Hm, secara garis besar ini pendapat saya, setelah beberapa kali saya nulis di Opini.id:

Tampilan Artikel di Portal Opini.id

1. Mengadopsi gaya Instagram dan Wattpad
Itu sih yang terlintas di pikiran saya, Instagram yang cenderung kuat di bagian foto, lalu di bawahnya pakai caption. Wattpad pun sama, bisa menaruh media/foto/video, lalu di bawahnya tulisan.
2. Slide dan Swipe
Tampilannya nggak scroll, tapi lebih ke swipe. Jadi, satu artikel bisa dibikin beberapa slide, dimana satu slide bisa dibubuhkan satu gambar/ ilustrasi pendukung.
3. SEO Friendly!
Berkat tampilannya yang slide by slide itu, Opini.id jadi SEO Friendly terutama untuk android.
4. Wajib original.
No copy paste! No Hoax! Karena kalau copy paste/ Hoax bakal ketahuan sama pihak Opini.id. Jadi, tulisan di sana terbukti berkualitas dong hehehe ...
5. Ada Video
Selain tulisan dan foto-foto pendukung, Opini.id juga punya keunggulan. Malah, orang cenderung mengenal Opini.id dari video-video buatan mereka. Kreatif! Bisa dilihat di sini. Kita juga bisa lho bikin video sendiri. Caranya dengan mengupload di Youtube, lalu pindahkan link Youtube ke Opini.id. Selesai deh ...
6. Backlink
Kita bisa taruh website/ blog pribadi di bio yang ada diprofil. Nantinya itu bisa jadi backlink dan masuk SEO mereka.

Tampilan Profil
7. Tidak Ada Fitur Edit
Ini salah satu kelemahan yang menurut saya mengganggu. Kadang kalau saya nulis--entah itu di blog pribadi atau blog komunitas--rasanya sih tulisan sudah oke, tapi pas diposting tahu-tahu ada typo. Kurang titik koma-lah, salah ejaan-lah, yang pasti bagi saya Fitur Edit itu penting. Tapi kalau di Opini.id siap-siap saja...  Typo sedikit delete, nulis ulang ๐Ÿ˜† capek deh haha... Benar-benar melatih ketelitian dan kejelian dalam menulis.
8. Tersedia di Google Playstore
Kalau mau gampang, tinggal download aplikasinya di google playstore. Nggak berat kok, cuma 7,71 MB.

Terakhir, baca juga tulisan saya di Opini.id:
Ini Alasan Sebaiknya Drama Korea Jangan Dijiplak!
7 Job Kekinian yang Patut Kamu Coba!
Ini yang Bikin Pahala Ramadhan Berkurang 

Rabu, 03 Mei 2017

Resensi Akhlakku Akhlak al-Qur'an

Cover Buku

Judul Buku : Akhlakku Akhlak al-Qur'an
Kategori     : Nonfiksi
Penerbit     : Maghfirah Kids
Tebal buku : 48 halaman
Cetakan      : Pertama, September 2016


Siapa yang suka baca komik, tunjuk tangan? Saya! Saya! Hehehe ...

Buku berjudul Akhlakku Akhlak Al-Qur’an memang bukan sepenuhnya komik. Lebih tepat jika dibilang menyisipkan komik. Karena buku ini terdiri dari 11 Akhlak Terpuji yang dilengkapi contoh penerapannya; 11 Kisah Hikmah yang menceritakan kisah para nabi dan sahabatnya; serta 11 cerita seru seputar kehidupan Maghfi dan Fira.

Maghfi dan Fira di sini memang menjadi tokoh utama. Mereka adalah kakak beradik yang lahir di sebuah keluarga muslim. Nantinya, keseharian mereka akan diceritakan sesuai dengan tema bab perbab. Misalnya pada bab JUJUR, sebelumnya penulis membahas terlebih dahulu apa itu jujur dan seperti apa hadistnya.

Isi buku
Kemudian, setelah membahas pengertian jujur secara umum, penulis mulai memberikan contoh-contoh kejujuran dari kehidupan sehari-harinya Maghfi dan Fira. Nah, di sini Maghfi diceritakan hendak pergi ke rumah temannya untuk belajar bareng, tapi tiba-tiba ... Eitss, Maghfi malah kepergok berbohong. Lho, memang Maghfi berbohong apa? Ternyata diam-diam dia membawa bola untuk main. Wah ... wah ... dosa, lho bohong kepada orang tua. Bundanya sampai sedih tuh.

Cerita Maghfi dan Fira
Walaupun singkat, menurut saya pesan moralnya sudah cukup tersampaikan. Lagipula untuk anak-anak tidak perlu memberikan banyak pembahasan yang bertele-tele, yang akhirnya malah membuat anak kebingungan. Nah, setelah kisah Maghfi dan Fira, barulah buku Akhlakku Akhlak Al-Qur’an menampilkan komik!

Komik tentang para nabi, Rasul, dan sahabatnya

Seperti yang kita ketahui bahwa anak-anak senang membaca buku bergambar. Bahkan di usia sekolah dasar, anak cenderung sudah menyukai komik. Mungkin karena komik berisi gambar-gambar yang menarik dan berhasil memvisualisasikan cerita yang membuat imajinasi mereka semakin berkembang. Jadi, saya pikir penulis cukup pintar mengambil peluang apa yang disukai oleh anak-anak.

Selasa, 02 Mei 2017

Cara Mudah Mempelajari Al-Quran bagi Orang Awam

Cover Buku

Judul buku: Mudah Tafsir Ibnu Katsir (Jilid 1)
Kategori      : Nonfiksi / Agama Islam
Penerbit       : Maghfirah Pustaka
Penulis         : Tim Penerbit
Tebal buku   : 568 halaman
Cetakan        : Pertama, November 2016

Harga           : Rp 190.000


Mungkin bagi sebagian orang, mempelajari agama itu gampang-gampang susah. Ibarat politik, pembahasan agama adalah persoalan yang sensitif. Terlebih lagi bagi kita yang tinggal di perkotaan, dengan lingkungan yang semakin maju dan berkembang. Masyarakat yang heterogen, dengan berbagai macam suku dan agama bercampur baur.

Saya sendiri tinggal berdampingan dengan orang-orang batak nonmuslim. Sehari-hari kami selalu berusaha menjaga silaturahmi, kerukunan, dan tidak menyinggung agama masing-masing. Saya pikir bukan hanya saya saja yang mengalaminya. Setiap dari kita pasti menginginkan kehidupan penuh toleransi. Bahkan terkadang berusaha sebisa mungkin untuk tidak membahas soal agama ketika berada di tengah masyarakat.

Tapi lama-lama, ketika keinginan bertoleransi itu lebih kuat, kita justru enggan untuk “menyelami” agama sendiri. Dalam arti, kita tetap beribadah kepada-Nya, berbuat baik sebagaimana perintah Allah, namun membatasi dan membiarkan ilmu agama kita segitu-gitu saja. Karena merasa ilmu yang sensitif itu terlalu berat dan sulit untuk kita pahami. Salah-salah menjadi masalah, parahnya bisa dianggap kafir. Nauzubillah minzalik ...

Tapi apakah memang sesulit itu mempelajari agama Islam?
Bukanlah agama Islam yang sulit dipelajari. Akan tetapi pemikiran manusia yang membuat Islam itu terasa rumit. Ditambah dengan kesalahan-kesalahan presepsi yang kerap bercampur baur dengan akidah-akidah Islam, membuat segalanya terlihat samar dan tidak jelas. Ketika kita ingin bertanya, kita kerap tidak menemukan media yang pas. Atau bahkan salah mendapatkan teman diskusi yang akhirnya malah berujung pada perdebatan yang sebenarnya tidak perlu terjadi.
ูˆَุฅِู†ْ ุชُุทِุนْ ุฃَูƒْุซَุฑَ ู…َู†ْ ูِูŠ ุงู„ْุฃَุฑْุถِ ูŠُุถِู„ُّูˆْูƒَ ุนَู†ْ ุณَุจِูŠْู„ِ ุงู„ู„َّู‡ِ ۚ
Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. (al-An'รขm [6]: 116)
Tidak ada larangan bagi kita mempelajari atau berdiskusi dengan orang tertentu. Bahkan kita dianjurkan untuk berkumpul dengan orang-orang yang shalih, memperdalam ilmu agama bersama ustadz atau ulama-ulama. Namun, kita juga tidak boleh lupa bahwasannya sumber ilmu yang utama adalah al-Qur'an. Karena kitab suci yang berasal dari Allah itu menuangkan semua peraturan, apa yang boleh, apa yang dilarang, kisah-kisah di masa lalu, dan kisah-kisah yang akan terjadi di masa depan. Mahasuci Allah dengan segala kuasanya.
Tapi sudahkah kita mempelajari al-Qur'an dengan benar? Memaknai ayat-ayat dan artinya dengan baik?
Mungkin di antara kita termasuk saya, pernah merasa bingung atau bahkan ragu memahami ayat dan arti al-Qur'an. Takut salah memaknainya, yang berlanjut salah mengambil tindakan seperti yang terjadi pada kasus-kasus semisal bom bunuh diri.

Karena itulah, sekiranya kita memerlukan bacaan pendukung seperti kumpulan hadist riwayat yang shahih dan kitab-kitab tafsir. Menyoal buku tafsir, Penerbit Maghfirah Pustaka sendiri, sebagai salah satu penerbit buku islam yang telah menerbitkan banyak jenis al-Quran dan buku-buku pedoman Islam lainnya, kini "melahirkan" buku Mudah Tafsir Ibnu Katsir.

Buku terjemahan ini memuat ayat-ayat al-Quran serta kandungan isinya yang dibahas satu persatu ayat, sehingga memberi kesempatan kepada pembaca untuk memahaminya pelan-pelan. Karena dibahas secara satu persatu itulah, buku tersebut akhirnya dibagi menjadi beberapa jilid. Pada jilid 1, buku yang ditulis oleh Ibnu Katsir ini mengupas surah al-Fathihah dan surah al-Baqarah. Buku asalnya memang berbahasa Arab dan tentu saja menyulitkan orang awam untuk membaca. Tapi oleh tim Penerbit Maghfirah Pustaka, buku aslinya diterjemahkan dengan begitu baik sehingga menghasilkan kata-kata yang mudah untuk dipahami.

Seperti yang tertera pada Blurb di cover belakang:
Shahih. Tafsir ini hanya mendasarkan pada hadits-hadits shahih serta membuang riwayat-riwayat isra'iliyyal, sehingga sangat menenteramkan pembaca ketika menelaahnya. Mudah. Bahasa dan pemaparannya sangat mudah, bahkan mudah dipahami oleh orang awam sekalipun.
Sistematis. Karena ditujukan untuk para pembaca masa kini, buku Mudah Tafsir Ibnu Katsir ini dipaparkan dalam format yang sistematis, memperhatikan tanda baca, dan gaya bahasa yang disesuaikan.
Lengkap. Kelengkapan tafsir Ibnu Katsir ini tetap terjaga; ayat-ayat yang ditafsirkan, pendapat Ibnu Katsir terkait ayat-ayat tersebut, serta kesimpulan-kesimpulan ilmiahnya menjadi satu kesatuan utuh yang lengkap disajikan di dalam buku ini.
Shahih, sistematis, dan lengkap. Saya pikir tiga keunggulan itu bisa membuat kita bernapas lega. Sebab, ada beberapa buku sejenis yang saya temui, masih menyisipkan riwayat-riwayat isra'iliyyal. Riwayat isra'iliyyal adalah riwayat yang palsu dan tidak jelas asal-usulnya. Umumnya, penerbit lain memasukkan riwayat isra'iliyyal untuk melengkapi pembahasan dan menunjukkan kepada pembaca bahwa ini adalah riwayat yang tidak benar. Tapi menurut saya, hadirnya riwayat isra'iliyyal di dalam pembahasan justru akan membingungkan pembaca awam. Jadi, keputusan Penerbit Maghfirah Pustaka menghapus riwayat tersebut sudahlah tepat.